Jenjang Karir Penulis di Indonesia
kaskus.co.id |
Tahap awal, biasanya penulis memiliki masa pengenalan. Caranya bisa dengan mengeluarkan sebuah buku, dan dijual di pasar. Sayangnya, banyak yang mementingkan yang penting menerbitkan buku, jelek bagus yang penting diterbitkan. Padahal hukum penulis adalah pembaca. Jika tidak dikenal pembaca bukan penulis namanya. Dan pembaca sangat memperhatikan kualitas. Jika jelek, tidak akan dibaca. Ini yang menjadikan tahap pengenalan sebagai penulis gagal.
Contohlah semacam akademisi yang memiliki tahap awal pengenalan mereka dengan pendampingan menulis dari senior. Misalkan, menulis bersama profesor, sedangkan akademisi tersebut masih bergelar master. Ini memang teknik untuk menaikkan nama penulis. Baru kemudian menulis secara mandiri.
Penulis non fiksi bisa menggunakan teknik ini. Bahkan jika perlu penulis ternama tersebut hanya menulis kata pengantar saja, itu sudah biasa. Jangan heran jika sering menemukan nama penulis lebih kecil dari nama pemberi kata pengantar. Itu karena namanya belum dikenal.
Tahap pengenalan dalam dunia menulis tidak berlangsung hanya dengan satu buku, bisa sampai tiga buku, kecuali buku pertama langsung dinikmati oleh banyak pembaca. Ingat sisi kualitas harus diperhatikan jika memang ingin benar-benar dikenal menjadi penulis handal.
Satu syarat lagi, buku tersebut disebarkan untuk bisa dinikmati pembaca. Hal ini mengingat di zaman print on demand seperti sekarang, banyak penulis yang sudah melahirkan sampai 20 buku, tapi ternyata tidak banyak dikenal pembaca. Ini memang risiko print on demand, karena setiap buku hanya dicetak tidak lebih dari 100, bahkan kadang hanya 5 atau 10 eksemplar.
Pada tahapan pengenalan, penulis banyak yang mengalami kegagalan, berguguran secara alami. Buku pertama tidak laku menyerah, buku kedua tidak laku, patah semangat. Inilah yang terkadang membuat seleksi alam di dunia penulis sangat ketat. Padahal, jika pembaca sudah klik dengan salah satu buku kita, ribuan pembaca akan menanti hasil karya kita selanjutnya. Jangan salah, banyak penulis yang sudah melahirkan sampai 5 buku, namanya masih belum cukup akrab di telinga pembaca, terlebih penduduk Indonesia sangat besar.
Tahap selanjutnya adalah kemapanan. Dalam arti, penulis sudah nancap di hati pembaca, Habiburrahman sudah dikenal sebagai penulis novel religi, Asma Nadia penulis yang mendekati hati wanita, dsb. Mereka lahir dengan kemapanan karena fokus pada satu sisi saja. Fokus di novel, fokus di remaja dengan banyak genre, fokus di wanita, dsb. Hal ini yang sering dilupakan oleh penulis yang belum mapan. Mereka terkadang menggarap remaja, orang tua, anak-anak, cinta, motivasi. Pembaca akhirnya bingung kemampuan penulis sebenarnya dalam bidang apa.
Tahap ketiga adalah diundang. Ya, jika anda sudah mencapai tahap kemapanan dimana orang mengenal sebagai penulis cinta wanita, maka ada saja orang yang mengundang untuk mengisi acara, entah motivasi perempuan, ceramah, dll. Pada tahap ini waktu untuk menulis semakin berkurang. Boleh dikatakan hanya 50% dari waktu untuk menulis yang dimiliki sebelumnya.
Tahap akhir adalah pengamat dan pembicara. Pada tahap ketiga publik akan melihat kualitas komunikasi penulis lewat dunia verbal. Jika bagus, Anda akan nyaman berada pada taraf pembiaca sebuah acara. Pada sisi tulis menulis Anda akan menjadi pengamat, mentor, editor, dll. Semacam Ahmad Dhani yang menjadi komentator penyanyi.
Tahap puncak ini, Anda hanya memiliki rasa rindu pada menulis, sesekali meluangkan waktu saja. Tuntutan Anda menjadi pembimbing junior lebih ditunggu. Dari satu tempat ke tempat lain berpindah. Dari satu majlis ke majlis lain berpindah. Karya Anda yang dulu terus dinikmati banyak orang, penulisnya juga lebih dinanti oleh lebih banyak orang.
Selamat menulis, menulis itu selalu indah bagi yang menikmati.