Fungsi Paragraf dalam Tulisan Non Fiksi

Fungsi Paragraf dalam Tulisan Non Fiksi

corelita.com
Umumnya orang sudah mengetahui apa sebenarnya paragraf, sebuah bagian sub-sub dalam sebuah karangan yang ditandai dengan baris baru atau alinea baru. Namun demikian seringkali yang banyak tidak dimengerti justru fungsi utama dari paragraf tersebut dalam membuat sebuah artikel.

Pada dasarnya setiap paragraf mengandung unsur satu ide pokok dan penjelas dari ide pokok tersebut. Dengan kata lain fungsi penyampaian ide akan terkandung dalam setiap paragraf yang ditulis. Yang selanjutnya dijelaskan dengan baik dalam paragraf tersebut hingga tuntas.

Kelemahan penulis biasanya adalah menuliskan banyak ide pokok dalam sebuah paragraf, hal ini biasanya diakibatkan dari tidak adanya kalimat topik yang mengikat ide pokok tersebut. Akibatnya tentu saja antara ide pokok dan penjelas menjadi rancu. Efeknya adalah alur ide dalam artikel menjadi tidak jelas, bahkan cenderung membingungkan.

Maka tidak heran jika terdapat banyak model paragraf, klasifikasi, deskripsi, eksposisi dan beragam macam paragraf lainnya. Masing-masing model memiliki fungsi tersendiri dalam memaparkan sebuah ide. Contoh paragraf klasifikasi, fungsi utamanya untuk mengelompokkan beberapa ide turunan dari ide pokok.

Artinya kelihaian penulis dalam memaparkan ide bergantung dari model penjelasan paragraf yang digunakan. Kok rumit ya, memang secara teori menulis argumentatif tergolong rumit. Namun hasil tulisannya akan jauh lebih bagus dari tulisan yang tidak terstruktur.

Efek positifnya ketika menggunakan paragraf dengan baik adalah runtutan ide yang begitu bagus, ditambah dengan logika dalam mengurai masalah menjadi cukup baik. Efeknya pembaca akan mendapatkan pemahaman yang baik, dan ide dalam tulisan akan tersampaikan.

Namun demikian jangan menggunakan metode ini untuk fiksi. Fiksi dan non fiksi memiliki struktur berbeda dalam menulis paragraf, fungsinya juga sangat berbeda. Sehingga jika dicampur baur akan membingungkan, bahkan cenderung merusak. Maka wajar ada yang menyatakan, jika sudah menulis fiksi, sulit menulis artikel imiah. Sebaliknya, jika sudah menulis ilmiah, kurang halus dalam menulis fiksi. Apakah benar demikian? Akan kami jelaskan di bab selanjutnya.