Benarkah Buku Musnah Menjelma Digital?

Benarkah Buku Musnah Menjelma Digital?

Setelah tersiar kabar edisi cetak Newsweek tutup karena tergeser edisi digital, maka semua yang berkutat pada dunia cetak mulai waspada. Maklum, Newsweek merupakan raksasa media cetak yang sudah berumur lebih dari 80 tahun. Lalu bagaimana dengan nasib buku? Apakah juga akan musnah?

Tidak bisa dimungkiri, adanya konten-konten digital membuat penjualan buku merosot drastis. Namun demikian ada beberapa hal yang menjadikan buku tetap tidak bisa tergantikan. Terutama pada kenyamanan dalam membacanya. Maka orang-orang yang suka membaca, tidak bisa berpindah dari dunia digital sepenuhnya. Oleh sebab itu toko-toko buku masih tetap bertahan.

Namun jangan terlalu pede terlebih dahulu. Dengan mudahnya orang mengakses bacaan melalui dunia digital, maka pembaca kemudian sangat selektif dalam membaca buku fisik. Oleh sebab itu buku dengan kualitas biasa akan sangat sulit diserap pasar, bahkan sedikit bagus tidak cukup. Harus cukup bagus dan enak untuk dibaca.

Fenomenanya adalah, setiap orang kini membaca dulu edisi digital sekilas, mungkin beberapa halaman. Jika kemudian benar-benar bagus, pembaca akan membeli edisi cetak untuk koleksi dan kepuasan pribadi. Penulis sendiri pernah mengalami hal demikian saat membaca 47 Ronin. Ada ketertarikan, kemudian pada akhirnya membeli edisi cetak meski sudah menonton filmnya.

Hal yang sama sebenarnya terjadi pada media lain selain buku, dunia musik. Memang semua orang mudah untuk mendownload. Namun ternyata bisnis kepingan hitam tidak hilang, atau habis. Justru ketika mendengarkan dan mendapatkan klik akan membeli piringan hitam tersebut.

Seperti yang dialami oleh David Karto seperti dikisahkan dalam Kompas, Jum’at, 23 Oktober 2015. Ia menceritakan bahwa justru di era digital ini piringan hitam menemukan pasarnya karena dipesan sampai ke luar Negeri. Uniknya, lagu-lagu yang dipasarkan justru yang jarang dikenal di layar kaca, tapi menurut David berkualitas luar biasa.

Titik penting terletak pada sisi kualitas. Jika setengah-setengah kualitasnya, lebih baik jangan dicetak, jika cukup bagus maka layak untuk dicetak. Penulis sendiri merasakan bahwa dunia buku masih tetap ada, bahkan mendapatkan pemesanan setiap bulan sekitar 50 eksemplar. Tergolong cukup untuk penulis Indie. Apalagi penerbit mayor, pasti jauh lebih banyak. Oleh sebab itu justru sekarang eranya menarik hati konsumen tanpa memandang penerbit dan penulis.