Ini Alasan Harga Buku di Indonesia Mahal
Ongkos produksi buku cukup tinggi. Ini factor utama pendorong betapa mahalnya harga buku di Indonesia. Terutama harga kertas yang selalu ditentukan oleh nilai mata uang dolar Amerika. Padahal pohon di Indonesia banyak. Berapa nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar menjadi gambaran bahwa harga kertas mahal. Belum lagi tinta dan lain sebagainya. Dari sini harga buku terdongkrak naik.
Pajak tinggi untuk pelaku dunia perbukuan. Jangan dikira hanya percetakan saja yang memiliki kewajiban membayar pajak karena berbentuk perusahaan. Bahkan sampai penerbit, penulisnya, dan bukunya itu sendiri sudah terkena pajak. Akibatnya pembeli juga menanggung pajak karena ditambahkan dalam harga. Otomatis untuk mendapatkan sedikit selisih, harga buku kian dinaikkan.
Orang Indonesia gengsinya masih sangat tinggi. Apa hubungannya? Orang Indonesia tidak begitu suka buku dengan kertas murahan, cover ecek-ecek, bahkan tipis tebalnya kertas menjadi perhitungan. Buku dengan kemasan demikian meski isinya bagus, bagi orang Indonesia sangat tidak bermutu. Orang Indonesia memang banyak yang lebih suka bungkusnya daripada isinya, yaitu ilmu pengetahuan. Tentu saja untuk mencetak buku dengan kualitas demikian butuh biaya besar.
Dukungan pemerintah yang nihil. Pemerintah Indonesia memang memiliki keinginan agar kaya, bukan berkeinginan mencerdaskan masyarakatnya. Padahal kekayaan akan hadir seragam dengan kecerdasan dan kreativitas yang dimiliki. Masyarakat tidak didorong untuk membaca.
Tidak ada subsidi untuk buku seperti yang dilakukan di India yang menjadikan harga buku murah, daya baca masyarakat tinggi, dan keilmuan masyarakat meningkat. Padahal pada kisaran tahun 1955 pemerintah pernah melakukan subsidi untuk buku, yaitu dalam bentuk pemberian subsidi kepada bahan bakunya. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Jangan bicara keilmuan di Indonesia. Hehehehe.
Akibatnya harga buku tergolong tinggi. Padahal dari harga buku yang sudah demikian tinggi, penulis masih belum sejahtera, bahkan jauh dari kata-kata sejahtera. Efek lebih buruk lagi, sdm dengan kualitas penulisan sangat baik tidak ada yang produktif menulis dalam hidupnya, lebih baik tenaganya disalurkan pada bidang lain. Sehingga buku-buku berkualitas di Indonesia masih belum banyak.
Namun demikian bukan berarti pelaku dunia perbukuan pesimis. Banyak yang mencoba untuk menangani problem ini dengan penerbitan indie yang langsung dijual ke konsumen. Dengan cara demikian harga buku yang mahal mampu dipotong 20% dari harga buku umumnya. Misalkan harga buku di pasar 50.000, turun menjadi 40.000, bahkan bisa lebih rendah lagi. Tetap semangat!