Kesalahan Mendasar Penulis Pemula

Kesalahan Mendasar Penulis Pemula

adhis.web.id
Bagaimana saya harus mengawali menulis? Ini adalah pertanyaan paling medasar bagi para calon penulis. Sayangnya tidak ada jawaban yang benar-benar kongkrit untuk menjawab pertanyaan ini selain hanya menulis dan menulis. Namun demikian, memang ada beberapa kesalahan mendasar para penulis dalam belajar.

Pertama, terlalu berpikir harus menulis sesuatu yang fenomenal, yang wow. Tunggu dulu, menulis sangat mirip dengan berbicara, yang perlu dilakukan adalah Anda bisa berbicara terlebih dahulu dengan lama, bukan apa yang dibicarakan. Pasti sering menemukan orang berbicara lima menit saja tidak bisa, meskipun hanya bercerita tentang pengalamannya tidur.

Ya, yang perlu dilakukan adalah Anda terbiasa menulis dengan sesuatu yang sederhana. Menulis tentang pengalaman Anda ke wc, atau ketemu gadis, atau belajar bersama di kelas, atau bahkan menangkap pencuri. Tulislah sesuatu yang paling mudah yang ada di kepala Anda sehingga memudahkan untuk menulisnya.

Biasanya ada yang menganggap, ah tidak berkelas. Tunggu dulu, ide yang bagus jika ditulis dengan tulisan yang juelek, maka hanya menghasilkan coklat seharga lima ratusan. Tapi ide yang bagus jika ditulis dengan tulisan yang bagus, maka akan menghasilkan coklat silverquen yang seharga puluhan ribu. Padahal bahan dasarnya sama-sama coklat. Maka Anda harus pandai menulis terlebih dahulu, ciri-cirinya, apa yang ada di kepala Anda sudah tertuang 80% dalam tulisan.

Kedua, gengsi meniru tulisan orang lain. Teknik meniru, dalam bidang apapun adalah teknik paling mendasar yang paling mudah dilakukan setiap orang. Anak ingin belajar pidato, maka akan banyak-banyak mendengar pidato Zaenuddin MZ. Begitu juga dengan menulis, jangan malu untuk meniru, bagaimanapun penulis yang sudah mapan jauh lebih baik dari yang masih belajar, dari gaya, kehalusan bahasa, bahkan sampai penyampaian ide, mereka lebih mapan.

Ketiga, ingin cepat jadi penulis. Tunggu, hampir tidak ada suatu keahlian dapat diraih dengan cepat. Semua keahlian mengalami proses, entah satu bulan, dua bulan, tiga bulan, bahkan tiga tahun. Proses yang seperti ini terkadang memang membosankan, namun justru karena itu ahli dalam suatu bidang tidak banyak, termasuk menulis.

Keempat, ingin cepat dapat uang. Hehehe, memang ini wajar menjadi motivasi setiap orang. Tapi tidak mungkin secepat yang dibayangkan. Secara khusus nantinya akan dibahas tentang menulis dan uang. Uang datang pada Anda ketika tulisan benar-benar ajib untuk dibaca. Dagang saja yang jelas bermodal uang tidak langsung datang untung, apalagi menulis. Ingat, jika ingin tulisan dijual maka harus berkaca, apakah tulisan saya sudah mirip dari yang ada di koran, buku, atau majalah?

Kelima, malas berlatih. Menulis sebenarnya hanyalah sebuah pembiasaan. Semakin banyak dan sering menulis, maka tulisan dengan sendirinya akan menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Sayangnya, jika sudah jarang menulis, maka taste dari tulisan kita akan hilang. Apalagi yang masih awal dan malas untuk berlatih, sama saja hanya berangan-angan. Paling tidak setiap dua hari sekali menyempatkan diri menulis setengah halaman.

Keenam, tidak mau ditunjukkan kepada orang. Nah, ini paling aneh. Ingat yang disebut penulis adalah yang tulisannya banyak dibaca orang. Bagaimana jika banyak menulis tapi disimpan sendiri? Apakah orang yang suka ngomong sendiri disebut orator? Nah ini jawabannya.

Biasanya faktor yang keempat ini karena malu tulisannya jelek. Lho, kan orang belum baca, bagaimana tahu tulisan tersebut jelek. Atau malu kalau nanti dicaci karena ide dalam tulisannya. Padahal hampir semua penulis memiliki risiko dipuji juga dicaci karena tulisan tersebut. Justru pembaca adalah alat asah, baik menajamkan tulisan, atau membuat tulisan menjadi jauh lebih indah.

So, diharapkan jangan melakukan ini ya. Hehehe...